Tuesday, October 28, 2008

From Semeru with Love...part 1

September tiga tahun lalu saya dan tiga orang teman pernah melakukan perjalanan panjang mendebarkan. Yup, untuk kali pertama, kami berempat ke Semeru. Yang membuat perjalanan itu begitu memorable, kami ke gunung tertinggi seJawa itu tanpa persiapan, plus tanpa planning matang. Semua serba dadakan.

Demi mengingat semua kenangan itu, saya iseng-iseng membuka lagi catatan perjalanan Semeru di buku agenda. Pas membaca ulang, file-file perjalanan itu menyeruak kembali. Lucu banget. Ada yang menegangkan, ada pula yang mengharukan. Well, supaya kenangan ini tetap ada, saya menuliskan ulang semua pengalaman itu di blog ini. Ehem, dengan perubahan seperlunya. Maklum, ketika menulis catatan perjalanan ini, kondisinya awut-awutan. Banyak kata-kata belepotan. Oya, saya juga membaginya dalam beberapa bagian karena sangat panjang.

Day 1st, Kamis 15 September 2005
First of all, aku ingin mengucapkan maaf beribu maaf kepada emak tercinta. Ngomonge lungo nang Bali, hadakno malah keluyuran dewe. Pancene anak nduablek!! Hehehehe...ya disinilah aku sekarang. Duduk di emperan terminal Bungurasih. Menunggu teman, untuk berangkat ke Tumpang, Malang. Menyongsong petualangan mendebarkan. Ke SEMERUUUU...Arrrgghhhh, rasanya tak percaya, aku akhirnya ke Gunung tertinggi se-Jawa itu. Secara, sudah hampir tiga taon tak pernah menghirup segarnya hawa pegunungan gitu loh.
Sebenarnya begini, rencana ke semeru ini begitu mendadak munculnya. Disulut oleh kebencian mendalam kepada seseorang yang namanya tidak boleh disebut. Karena itu, pasca DBL, kami, empat sekawan tim pemberitaan (baca: penderitaan) , yang terdiri atas Inem (alias aku sendiri), Kacong, Putri, dan Bo memutuskan untuk mengadakan pendakian makar ke Semeru.

Aku gak inget siapa yang mencetuskan ide gila ini (hmm, kayaknya sih Bo). Pokoknya, tahu-tahu kami semua bersatu untuk mewujudkannya. Tapi, karena kami berempat nggak mungkin bilang, ’’Mas, kami nggak sudi ikut ke Bali karena kami muak dan enek sama kamu!’’ ke you know who, maka kami terpaksa mengarang sejumlah alasan (yang sebenarnya sangat tidak masuk akal) kepada koordinator. Peduli setan si koordinator mau percaya atau tidak. Yang penting, kami berempat bisa lepas dari kewajiban mengunjungi Bali.

Kita berempat berangkat di hari yang sama dengan rekan-rekan lain yang pergi ke Bali. Tapi agar tidak menimbulkan kecurigaan, kami tidak berangkat bersama. Kacong (yang membawa seorang teman bernama Cepi) berangkat lebih dulu ke Terminal. Sementara, Bo, Putri dan aku, rencananya akan menyusul ke terminal pukul 12 teng.

Sembari menunggu mitnait, aku nyambi ngerjain naskah. Tepat pukul 12, aku dan Bo sudah siap berangkat. Eh, ternyata Putri masih berkutat dengan proposal skripsi. Duuhh...bisa-bisanya siihhh. Bikin gemes aja. Rencana berangkat pun molor jadi jam 1 malam.
Btw, sekarang aku sudah ganti posisi. Saat ini aku ngejogrog dan bersandar di salah satu pilar bungurasih bareng Kacong ma Cepi (temen Kacong). Kita lagi nungguin Bo sama Putri beli Zippo di Sinar Bintaro. Gila, mereka berdua lama banget. Perginya serasa satu tahun cahaya lamanya. Dari tadi nggak balik-balik. Yeah, rasanya banyak banget cobaan yang kita hadapi. Heran, mau ke Semeru ajah kok susah banget. Kenapa sih, aku nggak bisa pergi ke Semeru dengan tenang?!! Kenapa?!!Ah, sudahlah. Siapa tahu, dengan banyakanya cobaan jutru perjalanan ini akan semakin menyenangkan. Amin.

PS: Berdasar informasi dari sms yang dikirim oleh Putri, mereka berdua pergi begitu lama karena mampir terlebih dahulu ke Graha Pena. Alasanya? ’’Bo kebelet beol,’’ kata Putri. What the fuckk!! Makanya gak nyampe-nyampe dari tadi. Kami akhirnya berangkat jam setengah tiga pagi.

Pojok Semeru For Dumies 1
Selamat membaca Semeru for Dumies part 1. Well, bagi arek-arek Suroboyo yang berniat ke Semeru (entah sekadar untuk berkemah, hiking atau bunuh diri) ini adalah petunjuk praktis perjalanan. Dari terminal Bungurasih, pilih bus jurusan Malang. Sesampainya di terminal Arjosari Malang, cari bemo/lyn/angkot yang menuju Tumpang. Seingetku, angkot ini warnanya putih. Jika kamu pergi berbanyak disarankan sewa satu angkot sekalian. Lebih murah dan cepat, cuma Rp 25 rebu sekali sewa. Daripada kalian menunggu angkot itu ngetem sampe beranak, males banget kan?

Sesampainya di Tumpang, kalian bisa menuju Pos Ranu Pane (start awal pendakian) dengan menumpang hardtrop. Untuk transportasi ini masing-masing bayar Rp 25 rebu. Yang bikin jengkel, hardtrop seringkali nggak mau jalan kalau penumpangnya nggak nyampe 15 orang. Kecuali, kalian menyewanya satu mobil. Harganya Rp 300 rebu sekali jalan. Gila, pemerasan pendaki tuh!!.

Selain hardtrop, bisa juga ke Ranu Pane dengan menumpang truk sayuran. Kendaraan ini berangkatnya pagi buta. Biar nggak ketinggalan, kalian harus berada di Tumpang pukul 5 pagi. Oya, sebelum menuju Ranu Pane, kalian harus melapor ke PPA dulu. untuk mendapat ijin mendaki. Jelas? Bagus. Selamat mendaki.

to be continued...

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home