Wednesday, October 29, 2008

From Semeru with Love...part 3


Day 3rd, Sabtu 17 September 2005. Pukul 11.00
Alhamdulillah. Praise the lord, praise the lord!!! Akhirnya, setelah beberapa jam berjalan tanpa tujuan, tuhan mengirimkan seorang utusan. We meet a people!!! Argghhhh...pingin gulung-gulung rasanya!!! Bahagia!!! Kami ternyata tidak sendiri.

Seseorang yang diketahui bernama Arif itu bilang kalo jalan yang kami lalui ini sudah benar. Kalo di susuri, jalan setapak itu bakal menggiring kami ke ranu kumbolo!! ’’Nggak lama kok. Paling satu jam lagi sampai,’’ kata Arif. Wuaaaahhhhhh....luegaaa!!!!

Dari Arif kami mengetahui kalau kami memang amat sangat salah jalan (makasih ya Cong!!!). kami melalui jalan setapak nggak jelas yang ujung-ujungnya menuju bukit ayak-ayak. Bukit itu memang mempunyai rute rumit dan menantang dibanding jalur PPA.

’’Dari ranu pane, kalian pasti memlih jalur bawah ya, bukan jalur atas. Lewat sawah-sawah kan?’’tanya Arif. ’’Iya,’’ jawab kami kompak, lalu serentak mengalihkan pandangan ke arah Kacong dengan penuh kebengisan. ’’Itu dia yang bikin kalian tersasar ke ayak-ayak,’’ katanya. Menurut Arif, seharusnya lewat ayak-ayak lebih cepet ketimbang melalui jalur PPA. Tapi karena kita salah jalur, perjalanan jadi dua kali lebih lama. Ah, sudahlah, apapun itu, yang penting aku lega. Emaaakkkk...aku bisa pulang Surabayaaaa!!

Oya, Arif ini anak Brawijaya Malang. Hari itu dia mendaki Semeru sendirian saja. Pakaiannya sederhana, hanya kemeja panjang, celana kain dan topi. Bekalnya pun terlihat seadanya, hanya diwadahi ransel kecil yang nyanggong di punggung. Arif bilang, pagi sekitar jam 8 dia mulai menapak ranu pane dan memulai perjalanan menuju ranu kumbolo. Dan nggak sampe tengah hari dia sudah hampir menuju pos kedua. Huwaaaaaa.....malu banget kalo dibandingkan dengan kami. Kite sih bekelnya banyak. Sok-sok kayak pendaki beneran gitu deehh. Tapiiii, untuk nyampe ke ranu kumbolo aja butuh sehari semalem.

Akhirnya, kita melanjutkan perjalanan bareng Arif. Aji gile, tuh cowok jalannya cepet bener ya. Oya...pemandangan menuju ranu Kumbolo uapik tenaaannn. Melongo-melongo dah. Padang rumput luas di bawah, sangat indah bila dilihat dari atas. Sungguh-sungguh seperti lukisan. Setelah melalui padang rumput, tampak di kejauhan kilauan biru air danau. Tuhaaaannn....terimakasih sekali lagi karena tidak membuat kami putus asa. Sampai disini, kami memutuskan untuk istirahat di pondokan.

Btw, anak-anak Solo dah nyampe duluan di Ranu Kumbolo. Mereka nanyain, kok kami baru nyampe sekarang? Duh, seandainya mereka tahu...

to be continued...

Tuesday, October 28, 2008

From Semeru with Love...part 2

Day 2nd, Jumat 16 September 2005 Ngenteni kok terus!!! Kupikir cukup kemaren aku mengalami penantian panjang. Nyatanya? Semeru sudah di depan mata, masih harus menunggu lagi. Bedebah!!

Oke-oke..bagi yang bingung, begini ceritanya. Setelahmenunggu Bo dan Putri selama berjam-jam, akhirnya kami dkk naek bus jurusan Malang juga. Eehhh..ternyata, bus ini tak kunjung beranjak juga walo sudah hampir satu jam bertengger di terminal. Gimana hati nggak merongkol!! Karena capek, di bus kita ketiduran, tahu-tahu dibangunin kondektur karena udah nyampe tujuan.

Dari sini lancar? Wohohoho...kata siape??!! Sudah menapak di Tumpang, eh hardtrop yang bercokol di sekitar terminal kaga mau mengangkut kita berenam. Alasan supirnya, ’’Penumpange durung 15 uwong, Mas. Entenono sedilut engkas maneh. Paling engkok onok pendaki liyane’’.

Anjrit. Jadi intinya kita disuruh menunggu sampe mobil penuh nih. Aku sempat ngedrop juga. Mengingat hari ini bukanlah akhir pekan. Kemungkinan, gak banyak pendaki yang berkunjung. Untunglah ada berita segar. Kata si supir, ada enam orang pendaki lain dari Solo. Tujuan mereka juga Semeru. Ya, ya, sekarang mereka sudah datang sih. Tapi, tetep ae budale mengko bar Jumatan. Bagus. Yok opo lek mene ae mesisan.

Oalah gusti, gusti, cobaan kok cek akehe. Tapi aku yakin. Next will be fun. Gak papa wes. Meski sekarang kami terdampar di sebuah gang kecil pinggir minimarket. Tanpa atap, beralas karton dan tanpa kenyamanan.

Tetep hari Jumat, pukul 13.00
Finally, berangkat juga ke Ranu Pane, setelah menunggu 6 jam lamanya. Lumayanlah, dapet kesematan tidur di rumah pak Yono (sopir hardtrop). Plus mandi, packing ulang, dan menonton rekaman pendakian. Kami berangkat berduabelas, bareng keenam pendaki asal Solo. Dari sini, kami ke pos PPA dulu untuk mendapat ijin mendaki. Oke, arrivederci, au revoir, sayonara Tumpang. Semeru, here we come!!

Jumat, 13.30–15.25
Ngeriii...perjalanan Tumpang–Ranu Pane mendebarkan banget. Kayak naek roler coster. Miring sana, banting sini. Hueekkk,,mabuk darat neh. Supirnya gila-gilaann. Ngebut gak nyebut. Gak sadar apa kalo lagi bawa anak orang. Dalam hati aku cuma bisa berdoa semoga tetep selamat. Apalagi, pas kami melewati jalan setapak dengan pinggiran jurang terjal, si supir tetep gak mau melanin laju kendaraan. Iddiiihhhh...serasa hanya sejengkal berhadapan dengan kematian. Gak cuman itu, hardtrop yang gak beratap membuat wajah sukses diterjang debu jalan. Bagus. Sekarang wajah saya gak jauh beda dengan topeng monyet.

Jumat, 15.25–15.30
Kami menapak di Ranu Pane pukul 15.25. Nggak bisa langsung mendaki karena harus regriatasi ulang dulu (hehehe, kayak kuliah aja). Kata pak penjaga, ini sebagai langkah antisipasi kalau-kalau kami ilang. Pihak PPA akan mengakadan pencarian jika kami lebih seminggu di area pendakian. Maklum, Semeru banyak memakan korban. Yup, semua sudah siap. Sekarang, kami berenam mau berdoa dulu. Biar kami sampai di tempat dengan selamat. Fiuhh, it’s gonna be long trip. Bismillah.

PS: kami berangkat lebiih dulu dari anak Solo.

Jumat, 23.00
Seharusnya, perjalanan Ranu Pane menuju Ranu Kumbolo di tempuh selama 2,5 jam. Artinya, jika kami berangkat pukul 15.30, seharusnya kami udah nyampe jam enam sore. Yeah, paling jelek jam tujuh malem lah. Kenyataannya? Sudah hampir tengah malam, kami masih berada di tengah hutan. Tak menemukan tanda-tanda bakal menuju pos dua.

Untuk laporan pandangan mata, sekarang ini kami berada di suatu tempat yang kami sendiri nggak tahu posisinya. Yang jelas, kami berada di tengah hutan, gelap, sepi, dan menyeramkan. Yang terdengar hanya suara binatang malam dan nafas kami yang tersengal.

Sepertinya, kami salah jalan. Soalnya, kondisi jalan setapak yang kami lalui hampir tak kentara lagi. Mungkin, karena nggak pernah dilewati. Jika jalan ini memang benar jalur pendaki seharusnya banyak ’’tanda’’ yang ditemukan seperti tisu, atau puntung rokok. Tapi kami sama sekali nggak nemuin apa-apa.

Tracknya juga gak jelas. Naik turun, terjal dan penuh semak belukar padat hingga menutup jalan setapak. Aduw Tuhaan, jangan biarkan kami menyusul Soe Hok Gie. Aku masih pengin pulang. Apa ini gara-gara aku pergi gak minta ijin emak ya? Maaakkkk, maaafin aku. Aku yakin kok, Tuhan ada bersama kami. Kami pasti sampai.

PS: Karena Cepi terkilir kakinya, kami terpaksa menghentikan perjalanan dan bermalam. Beruntung, kami menemukan sebuah bivoack alam bekas pake. Tinggal ditutup dengan jas hujan., bivoack bisa dipake sebagai dapur umum. udara dingin banget bow.

Pojok Semeru For Dumies 2
Halo, halo, jumpa lagi dengan pojok Semeru for Dumies. Kali ini aku bakal menjelaskan track perjalanan menuju puncak Semeru. Well, Semeru di bagi dalam empat pos. Pos pertama adalah Ranu Pane. Dari Ranu Pane dilanjutkan ke pos dua, Ranu kumbolo. Seperti yang sudah aku sebutkan, perjalanan menuju Ranu Pane ke Ranu kumbolo membutuhkan waktu 2, 5 jam (dengan catatan kamu nggak nyasar dan megikuti jalur PPA dengan benar).

Dari Ranu Kumbolo, perjalanan di lanjutkan ke pos Kali mati. Jarak dua pos ini lumayan deket, paling sekitar 1,5 jam jalan kaki (ya pasti jalan lah. Masak ngesot!!). Dari Kali Mati, lalu menju pos Arcapada. Inilah adalah pos terakhir dan paling berat. Karena untuk ke Arcapada kalian harus melewati jalan setapak yang dulunya merupakan bekas jalan lahar.

Tracknya sangat menantang. Tanahnya gak semulus jalan setapak dari ranu pane ke ranu kumbolo, lahar bikin trayek ini jadi bolong-bolong. Melaluinya mesti pake acara memanjat, keperosok, kepleset, sampai guling-gulingan. Pokoknya, akrobat banget. Makanya, begitu sampe di Arcapada, rasanya pingin sujud syukur saking bahagianya bisa sampe dengan selamat. Di pos ini kalian bisa istirahat sebelum lanjut puncak. Ada tanah lapang yang bisa dimanfaatkan untuk berkemah. Setelah mengisi perut dan sedikit tiduran, baru deh lanjutkan pendakian. Mengerti guys? Sip.

to be continued...

From Semeru with Love...part 1

September tiga tahun lalu saya dan tiga orang teman pernah melakukan perjalanan panjang mendebarkan. Yup, untuk kali pertama, kami berempat ke Semeru. Yang membuat perjalanan itu begitu memorable, kami ke gunung tertinggi seJawa itu tanpa persiapan, plus tanpa planning matang. Semua serba dadakan.

Demi mengingat semua kenangan itu, saya iseng-iseng membuka lagi catatan perjalanan Semeru di buku agenda. Pas membaca ulang, file-file perjalanan itu menyeruak kembali. Lucu banget. Ada yang menegangkan, ada pula yang mengharukan. Well, supaya kenangan ini tetap ada, saya menuliskan ulang semua pengalaman itu di blog ini. Ehem, dengan perubahan seperlunya. Maklum, ketika menulis catatan perjalanan ini, kondisinya awut-awutan. Banyak kata-kata belepotan. Oya, saya juga membaginya dalam beberapa bagian karena sangat panjang.

Day 1st, Kamis 15 September 2005
First of all, aku ingin mengucapkan maaf beribu maaf kepada emak tercinta. Ngomonge lungo nang Bali, hadakno malah keluyuran dewe. Pancene anak nduablek!! Hehehehe...ya disinilah aku sekarang. Duduk di emperan terminal Bungurasih. Menunggu teman, untuk berangkat ke Tumpang, Malang. Menyongsong petualangan mendebarkan. Ke SEMERUUUU...Arrrgghhhh, rasanya tak percaya, aku akhirnya ke Gunung tertinggi se-Jawa itu. Secara, sudah hampir tiga taon tak pernah menghirup segarnya hawa pegunungan gitu loh.
Sebenarnya begini, rencana ke semeru ini begitu mendadak munculnya. Disulut oleh kebencian mendalam kepada seseorang yang namanya tidak boleh disebut. Karena itu, pasca DBL, kami, empat sekawan tim pemberitaan (baca: penderitaan) , yang terdiri atas Inem (alias aku sendiri), Kacong, Putri, dan Bo memutuskan untuk mengadakan pendakian makar ke Semeru.

Aku gak inget siapa yang mencetuskan ide gila ini (hmm, kayaknya sih Bo). Pokoknya, tahu-tahu kami semua bersatu untuk mewujudkannya. Tapi, karena kami berempat nggak mungkin bilang, ’’Mas, kami nggak sudi ikut ke Bali karena kami muak dan enek sama kamu!’’ ke you know who, maka kami terpaksa mengarang sejumlah alasan (yang sebenarnya sangat tidak masuk akal) kepada koordinator. Peduli setan si koordinator mau percaya atau tidak. Yang penting, kami berempat bisa lepas dari kewajiban mengunjungi Bali.

Kita berempat berangkat di hari yang sama dengan rekan-rekan lain yang pergi ke Bali. Tapi agar tidak menimbulkan kecurigaan, kami tidak berangkat bersama. Kacong (yang membawa seorang teman bernama Cepi) berangkat lebih dulu ke Terminal. Sementara, Bo, Putri dan aku, rencananya akan menyusul ke terminal pukul 12 teng.

Sembari menunggu mitnait, aku nyambi ngerjain naskah. Tepat pukul 12, aku dan Bo sudah siap berangkat. Eh, ternyata Putri masih berkutat dengan proposal skripsi. Duuhh...bisa-bisanya siihhh. Bikin gemes aja. Rencana berangkat pun molor jadi jam 1 malam.
Btw, sekarang aku sudah ganti posisi. Saat ini aku ngejogrog dan bersandar di salah satu pilar bungurasih bareng Kacong ma Cepi (temen Kacong). Kita lagi nungguin Bo sama Putri beli Zippo di Sinar Bintaro. Gila, mereka berdua lama banget. Perginya serasa satu tahun cahaya lamanya. Dari tadi nggak balik-balik. Yeah, rasanya banyak banget cobaan yang kita hadapi. Heran, mau ke Semeru ajah kok susah banget. Kenapa sih, aku nggak bisa pergi ke Semeru dengan tenang?!! Kenapa?!!Ah, sudahlah. Siapa tahu, dengan banyakanya cobaan jutru perjalanan ini akan semakin menyenangkan. Amin.

PS: Berdasar informasi dari sms yang dikirim oleh Putri, mereka berdua pergi begitu lama karena mampir terlebih dahulu ke Graha Pena. Alasanya? ’’Bo kebelet beol,’’ kata Putri. What the fuckk!! Makanya gak nyampe-nyampe dari tadi. Kami akhirnya berangkat jam setengah tiga pagi.

Pojok Semeru For Dumies 1
Selamat membaca Semeru for Dumies part 1. Well, bagi arek-arek Suroboyo yang berniat ke Semeru (entah sekadar untuk berkemah, hiking atau bunuh diri) ini adalah petunjuk praktis perjalanan. Dari terminal Bungurasih, pilih bus jurusan Malang. Sesampainya di terminal Arjosari Malang, cari bemo/lyn/angkot yang menuju Tumpang. Seingetku, angkot ini warnanya putih. Jika kamu pergi berbanyak disarankan sewa satu angkot sekalian. Lebih murah dan cepat, cuma Rp 25 rebu sekali sewa. Daripada kalian menunggu angkot itu ngetem sampe beranak, males banget kan?

Sesampainya di Tumpang, kalian bisa menuju Pos Ranu Pane (start awal pendakian) dengan menumpang hardtrop. Untuk transportasi ini masing-masing bayar Rp 25 rebu. Yang bikin jengkel, hardtrop seringkali nggak mau jalan kalau penumpangnya nggak nyampe 15 orang. Kecuali, kalian menyewanya satu mobil. Harganya Rp 300 rebu sekali jalan. Gila, pemerasan pendaki tuh!!.

Selain hardtrop, bisa juga ke Ranu Pane dengan menumpang truk sayuran. Kendaraan ini berangkatnya pagi buta. Biar nggak ketinggalan, kalian harus berada di Tumpang pukul 5 pagi. Oya, sebelum menuju Ranu Pane, kalian harus melapor ke PPA dulu. untuk mendapat ijin mendaki. Jelas? Bagus. Selamat mendaki.

to be continued...